Cloud Exit: 42% Perusahaan Memindahkan Data Kembali ke Infrastruktur Lokal

Saat ini, kita berada di fase pergeseran yang unik antara adopsi cloud yang meluas dan tren baru yang disebut “Cloud Exit.” Sebagian besar perusahaan menemukan posisi mereka di antara kedua tren ini. Awalnya, banyak bisnis beralih ke cloud dengan harapan dapat menghemat biaya dan mendapatkan fleksibilitas lebih. Namun, seiring waktu, mereka mulai menyesuaikan penggunaan cloud berdasarkan pengalaman nyata dan hasil yang didapatkan.

Dalam konteks ini, meninggalkan cloud mungkin bukan pilihan untuk semua perusahaan, tetapi memiliki strategi keluar dari cloud menjadi sangat penting. Banyak perusahaan kini mulai meninjau ulang keputusan mereka, terutama karena biaya cloud yang ternyata lebih tinggi dari yang diperkirakan.

Mengapa Tren "Cloud Exit" Semakin Berkembang?

Secara sederhana, Cloud Exit adalah tren di mana perusahaan mengevaluasi kembali ketergantungan mereka pada cloud, meninjau ulang pengeluaran cloud, dan menyesuaikan komitmen mereka dengan cara mengurangi penggunaan cloud atau merencanakan untuk keluar dari cloud sepenuhnya. Bahkan, banyak bisnis saat ini sedang menjalankan proyek yang disebut ‘cloud reparation’ suatu upaya untuk memperbaiki atau mengurangi penggunaan cloud.

Menurut survei yang dilakukan oleh Citrix di Amerika Serikat, 42% organisasi sedang mempertimbangkan atau sudah memindahkan setidaknya separuh dari beban kerja mereka yang berbasis cloud kembali ke infrastruktur on-premises (server lokal). Selain itu, 94% responden mengatakan mereka terlibat dalam semacam proyek perbaikan cloud.

Mengapa Biaya Cloud Menjadi Masalah

Meskipun cloud awalnya dianggap sebagai solusi hemat biaya, kenyataannya justru sebaliknya untuk beberapa perusahaan. Menurut survei, 43% pemimpin IT menemukan bahwa memindahkan aplikasi dan data dari server lokal ke cloud ternyata lebih mahal daripada yang diantisipasi. Salah satu contoh terkenal adalah Dropbox, yang mengurangi biaya operasionalnya sebesar $74,6 juta selama dua tahun dengan mengurangi penggunaan cloud.

Perusahaan seperti Dropbox yang berkembang pesat merasa bahwa biaya berkelanjutan dari cloud menjadi tidak terjangkau. Akhirnya, banyak dari mereka memilih untuk membangun infrastruktur teknologi sendiri dan mengurangi ketergantungan pada penyedia cloud besar seperti Amazon dan Google.

Statistik Utama Tentang "Cloud Exit"

  • 42% organisasi di Amerika Serikat sedang mempertimbangkan atau telah memindahkan setidaknya separuh beban kerja cloud mereka kembali ke server lokal.
  • 94% responden survei terlibat dalam proyek ‘perbaikan cloud.’
  • 43% pemimpin IT menganggap biaya pemindahan data ke cloud lebih mahal dari perkiraan.
  • Dropbox menghemat $74,6 juta selama dua tahun dengan mengurangi penggunaan cloud.
  • Basecamp menghabiskan $3,2 juta untuk layanan cloud pada 2022 dan memperkirakan akan menghemat $7 juta dalam lima tahun dengan beralih ke server lokal.

Kelemahan Cloud: Apa yang Mendorong Perusahaan untuk Keluar?

  1. Perkembangan Finansial
    Banyak perusahaan menemukan bahwa meskipun cloud mengurangi biaya modal awal, biaya operasional jangka panjang justru meningkat. Beberapa perusahaan menganggap bahwa untuk beban kerja yang stabil dan prediktif, harga fleksibilitas cloud tidak lagi sepadan dengan biaya yang harus dikeluarkan.
  2. Biaya Tak Terduga dan Pemborosan Cloud
    Menurut survei Hashicorp pada 2023, 94% responden melaporkan adanya pengeluaran tak perlu akibat pemborosan cloud, seperti sumber daya yang tidak digunakan tetapi tetap dibayar.
  3. Keamanan
    Meskipun cloud sering dianggap lebih aman, kenyataannya banyak kebocoran data besar melibatkan data yang disimpan di cloud. Dalam survei PwC 2024, 47% pemimpin teknologi menyebut ancaman terkait cloud sebagai salah satu ancaman utama.
  4. Masalah Kinerja dan Keandalan
    Gangguan layanan cloud dapat menyebabkan kerugian besar bagi bisnis. Pada 2023, beberapa gangguan layanan dari penyedia cloud besar seperti Oracle, Azure, dan AWS memengaruhi ratusan ribu pengguna.
  5. Monopoli Pasar
    Pasar cloud didominasi oleh beberapa penyedia besar seperti Amazon, Microsoft, dan Google, yang mengendalikan harga dan fleksibilitas layanan. Konsentrasi kekuasaan ini menghambat inovasi dan membatasi fleksibilitas operasional perusahaan.

Kesimpulan

Meskipun cloud tetap menawarkan banyak keuntungan bagi bisnis, kenyataannya tidak selalu sesuai dengan harapan awal. Biaya yang lebih tinggi dari perkiraan, masalah keamanan, serta dominasi beberapa pemain besar di industri ini memaksa banyak bisnis untuk berpikir ulang tentang strategi cloud mereka. Tren Cloud Exit bukanlah tanda kegagalan, melainkan bentuk kelincahan dan kemampuan melihat ke depan. Dengan perencanaan yang matang, bisnis dapat mengelola teknologi mereka dengan lebih baik, sambil tetap membuka opsi untuk meninggalkan cloud jika dibutuhkan.